Waktu yang Tepat Berkunjung ke Gunung Bromo

Sunrise at Bromo

Keindahan Taman Nasional Bromo-Semeru sepertinya memang sudah tak terbantahkan lagi. Gunung ini memang selalu jadi favorit traveler, baik domestic maupun manca negara. Nggak heran kalau gunung Bromo nggak pernah sepi pengunjung. Moment terbaik yang dikejar pelancong disini tak lain tak bukan adalah saat sunrise atau terbit matahari. Melihat sunrise dari puncak gunung Bromo itu…. Sesuatu bangett!!! Tapi saying nggak semua traveler beruntung menyaksikan moment spectacular ini. Ternyata untuk bisa menangkap moment ini ada waktu-waktu khusus lho. Jadi kapan si waktu terbaik mengunjungi Bromo????

Pertama kali hijrah ke Jawa Timur, Gunung Bromo sudah masuk top list tempat yang harus aku datangi. Berkali-kali merencanakan, namun selalu ragu. Maju mundur, nggak jelas.. karena mengkhawatirkan kondisi tubuh Nadia. Medan menuju Bromo memang lumayan berat, apa lagi untuk balita. Belum lagi cuaca yang dingin menggigit, sebagai emak yang baik nggak ingin dong sesuatu yang buruk terjadi pada ananda tercinta. Setelah browsing kesana-kemari, Bismilahhirahmanirrahiim…. akhirnya kami mantab membawa Nadia muncak ke Bromo.

dibalik kawah

 

Menuju Gunung Bromo

Ada beberapa jalan yang bisa kita ambil untuk sampai kelokasi ini. Kita bisa membawa mobil sendiri atau menyewa mobil. Banyak juga kok paket wisata yang menawarkan kunjungan ke Bromo, silakan pilih sesuai budget aja. Ada empat jalur yang bisa kita gunakan, melalui kota Probolinggo (seperti rute yang kami lalui), desa Wonokitri via kota Pasuruan, desa Ngadas via kota Malang, dan desa Burno via kota Lumajang. Kalau dari Surabaya sih saya sarankan lewat Probolinggo aja. Kurang lebih 4 jam deh perjalannya.Cerita Lengkap perjalanan kami disini ya.

Berbekal beberapa baju hangat dan perbekalan secukupnya kami meluncur dari Sidoarjo. Semua hotel udah full booked tapi kami nekad saja karena menurut cerita banyak rumah penduduk sekitar yang disewakan. Saat itu bulan April, dan musim hujan belum juga berakhir di Jawa Timur. Cuaca dingin dan kabut tebal menemani sepanjang jalan, sudah terbayang kegagalan menagkap moment sunrise di Bromo. Aahh… biarlah bagiku yang terpenting bisa melihat kemegahan Bromo dengan mata kepala sendiri. Belajar dari “kegagalan” yang kualami, dalam postingan kali ini aku mau berbagi “rahasia” supaya kalian nggak salah waktu berkunjung ke Bromo. Baik kan daku 😉

Inilah rahasia besarnya teman-temanku tersayang. Waktu terbaik mengunjungi Bromo adalah mulai bulan Juni—Oktober, atau lebih tepatnya saat musim kemarau. Kenapa musim kemarau? Karena insyaallah cuaca baik dan bebas kabut, sehingga kemungkinan sunrise terlihat sangat besar. Nah musim kemarau bukan berarti cuacanya bersahabat lho.. justru dimusim ini udara semakin dingin, bahkan bisa mencapai nol derajat. So bawalah pakaian hangat, apalagi yang membawa anak-anak. Jacket, mantel, sweater, shawl, topi, sarung tangan, kaos kaki, amunisi lengkap deh pokoknya.

Jarak antara penginapan dan Taman Nasional Bromo-Semeru lumayan jauh, so pastikan paling telat jam 03.00 sudah cabut dari hotel. Jalan masuk menuju puncak Bromo pun bukannya mudah. Kira-kira 5km dari tempat parkir kita harus berjalan, kalau nggak sanggup ada kuda yang bisa disewa kok. Biayanya sekitar Rp.50.000-Rp. 60.000, tergantung negosiasi aja. Sampai di Gunung Bromo, masih ada sekitar 235 anak tangga yang harus kita lalui untuk sampai kepuncak gunung, ffuuiiihhh…. Jalan santai aja deh.. kalau capek ya berhenti lah, nggak perlu ngoyo. Nadia aja bisa kok naik sendiri tanpa bantuan sedikitpun, masa kita yang gede-gede nggak bisa. Semangat kakak !!!!

berhasil…berhasil…HORE !!! aku naik tanpa dibantu 🙂

Oya… satu keuntungan lagi apabila kita berkunjung ke Bromo sekitar bulan Agustus karena biasanya penduduk setempat yang berasal dari suku Tengger biasa melaksanakan upacara adat Kesodo. Upacara Kesodo biasanya dilakukan tengah malam hingga dini hari setiap kali bulan purnama muncul sekitar tanggal 14 atau 15 dibulan Kesodo (ke Sepuluh) menurut kalender jawa. Upacara Kesodo adalah ritual yang dilakukan suku Tengger untuk memohon hasil panen yang berlimpah serta meminta keselamatan dari mara bahaya (tolak bala). Upacara dilakukan dengan melempar sesaji kedalam Kawah Gunung Bromo. Saat prosesi upacara berlangsung tak hanya suku Tengger saja yang memenuhi Bromo, pengunjung dari seluruh penjuru dunia tumpah ruah ditaman nasional Bromo-Semeru.

Budget!!!

Butuh berapa duit si untuk bisa menikmati Taman nasional Bromo? Lumayan juga sihh. Kalau kalian berencana menginap carilah hotel dari jauh hari. Selain bisa mendapat harga yang lebih bersahabat, kita nggak perlu susah payah mencari penginapan disana. Memang banyak rumah pengunjung yang disewakan tapi harganya lumayan aduhaii…fasilitasnya juga nggak lengkap. Bayangkan Rp.450.000 pernight dengan kamar yang kecil dan kamar mandi tanpa air panas.. digunung booo….beku dehh kite… kalau kita mau berbackpack ria seperti kami, silakan berangkat malam hari dari Surabaya. Setelah selesai menikmati sunrise mampirlah kepadang pasir dan bukit Telettubies, terus capcuzz dehh. Dengan cara ini kita sudah menghemat sekitar Rp.400.000 an, lumayan ya.

Bukit Telettubies.. maaf ya fotonya kurang bagus berhubung cuaca berkabut

dipadang pasir pun warung tetap eksis… cuma di Indonesia 😉

Alihkan dana penginapan tadi untuk transportasi, untuk yang satu ini kita nggak punya pilihan. Mobil pribadi nggak diizinkan masuk Bromo, jadi kita harus menyewa mobil Hardtop yang sudah disediakan koperasi wisata. Tips penting nih… pergi kesini jangan sendiri. Semakin ramai semakin baik. Kenapa? Karena kita bisa sharing biaya sewa Hardtop. Satu kali putaran Taman Nasional Bromo biayanya Rp. 500.000-Rp. 600.000, lumayan kan kalau bisa sharing. Asalkan bisa mensiasati, dengan baik insyaallah kita nggak perlu keluar banyak biaya kok.

Well, that’s it. Semoga tips yang ku share disini bermanfaat. Silakan susun rencana kegunung Bromo mumpung sekarang lagi musim kemarau. Selamat menikmati keindahan Bromo yahh. Happy traveling.