(Bangga) Menjalani Pilihan Hidupku

3 Juli 2009, salah satu hari tak terlupakan dalam kisah kehidupanku. Bertepatan dengan hari kelahiranku, dihari itu pulalah salah satu impian terbesarku tercapai. Dipagi yang cerah itu kuinjakkan kakiku disebuah Universitas ternama dikota Semarang sebagai seorang dosen. Mimpi itu akhirnya tercapai tak lama setelah gelar M.A. (Master of Art) berhasil kuraih. Bunga bermekaran diseluruh sudut hatiku, senyum tak pernah lepas membingkai wajahku, kebanggaan membuncah, merajai seluruh jiwa dan ragaku.

unisullaDiusia yang baru menginjak 26 tahun, Allah sudah mewujudkan impianku menjadi seorang dosen. Memang tak semulus bayanganku, tapi bukankah hidup itu penuh dengan ujian dan tantangan?? Menjawab tantangan, itulah yang kulakukan saat Surat Kontrak dari Universitas dihadapkan padaku. Kaget setengah mati karena aku melamar sebagai dosen Fakultas Bahasa dan Sastra tapi manajemen kampus melemparku kesebuah badan yang baru saja terbentuk, UPT. Pengembangan Bahasa Internasional. Badan yang baru berisi tiga orang ini ditugaskan untuk menjembatani kebutuhan siswa memperdalam kemampuan bahasa mereka. Luar biasa kecewa mengingat alasan mereka saat itu belum ada dana untuk menambah dosen, bukan karena ketidakmampuanku. Ujian pertama ini kumaknai sebagai anak tangga pertama yang harus kelewati sebelum aku sampai pada tujuan utamaku. Alhamdhulilah, dari ruangan kecil disudut Biro Rektorat inilah aku merangkai mimpiku helai demi helai.

Tak berapa lama mendedikasikan waktuku untuk UPT. Bahasa, tawaran mengajarpun datang dari Fakultas Komunikasi. Aku kembali teringat betapa dulu aku sangat mendamba menjadi mahasiswa komunikasi, tapi apa boleh buat, Allah berkehendak lain. seperti bernostalgia dengan impian masa lalu, di Fakultas Komunikasi aku menemukan suasana yang menyenangkan. Selain berkesempatan mengajar mahasiswa yang asyik dan penuh semangat, aku belajar dari mahasiswaku mengenai ilmu komunikasi. Jadwal mengajar di Fakultas Satu hal yang selalu terkenang adalah saat anak-anak menyapaku “Miss Muna,” berasa awet muda (padahal wkatu itu udah emak-emak). 😉

aku tidak pernah ingin merubah diriku, terlebih didalam kelas. Aku adalah aku yang simple, bawel, dan periang.Tak pernah sekalipun aku mencoba berdandan seperti dosen lain yang terlihat anggun dengan blazer dan jilbab bak para hijabers. Kalau boleh dibilang penampilanku tak jauh dari mahasiswa pada umumnya, kecuali tanpa celana jeans tentunya. Justru mungkin dari penampilanku yang apa adanya (kemeja, celana kain, jilbab paris, dan wedges) membuat anak-anak lebih dekat denganku. Tapi jangan dikira aku yang manis dan periang ini mengajar seenaknya yah. Aturan main yang sudah kami sepakati diawal semester, seperti datang tepat waktu, membawa buku dan kamus harus dipatuhi. Akan ada sanksi bagi pelanggarnya, walaupun sama sekali tak memberatkan yang jelas mereka menghormatiku sebagai dosen.

bernarsis ria bersama murid tersayang after class :)

bernarsis ria bersama murid tersayang after class 🙂

Aku paham betul bahwa bahasa Inggris adalah salah satu pelajaran “angker” bagi sebagian siswa di Indonesia, toh itu tidak membuatku patah semangat. Berbagai metode kugunakan supaya ilmu yang kusampaikan terserap dengan baik namun tidak membuat mereka stress. Musik, film, games, kuliah diruang terbuka menjadi beberapa metode yang cukup ampuh dan membuat anak-anak selalu bersemangat. Menyenangkan sekali melihat banyak canda dan tawa disetiap sesi kuliahku, tapi tetep dong target ilmu tersampaikan dengan baik. 🙂

Semua kebanggaan dan kebahagiaan menemukan ujungnya saat keadaan memaksaku meninggalkan kampus yang teramat kucintai. Kewajiban sebagai seorang istri dan ibu yang lama kukesampingkan mulai menuntun perhatian lebih. Dibalik kesuksesanku meraih mimpi dan cita-cita, ada keretakan yang semakin besar mengintai rumah tanggaku. Pernikahan jarak jauh yang sudah berjalan lebih dari 5 tahun harus segera diakhiri sebelum semuanya terlambat. Nadia, gadis kecilku tumbuh menjadi anak yang cengeng, pendiam, penakut, bahkan menutup diri. Maka keputusan pahitpun kuambil, menuruni semua tangga yang sudah berhasil kunaiki dan berubah haluan dari seorang wanita karir menjadi ibu rumah tangga purna waktu.

 Stress luar biasa melandaku kala itu. Bayangkan saja terbiasa dengan susasana hiruk pikuk kampus, seketika harus menjalani hari-hari sepi tanpa seorang temanpun. Suami dan anak sering kali menjadi sasaran kekesalan, “protes” pada Allah pun kulayangkan terlebih saat mendengar perkataan orang yang menyayangkan ilmuku yang terbuang sia-sia. “Ingatlah nak, al ummu madrasatul ula,” kata ibuku suatu hari. “Ibu adalah sekolah utama dan pertama anak-anaknya. Gelar M.A. mu tidak akan berguna kelak diakhirat kecuali kau mencurahkan seluruh cinta dan ilmumu pada anak Allah titipkan padamu.” Merinding luar biasa mendengar nasihat ibu hari itu, semua yang terjadi pada Nadia adalah tanggung jawabku. Sejak saat itulah aku mendedikasikan seluruh waktuku hanya untuknya. Alhamdhulilah kerja keras dan semua usahaku berhasil menghapus semua ketakutan dan kegelisahan Nadia. Sosok Nadia yang dulu muram dan cengeng, kini menjelma menjadi gadis kecil yang penuh semangat dan pemberani .

pentas sekolahOrang boleh bilang aku telah menyia-nyiakan ilmu dan gelarku, bahkan menyayangkan keputusanku menjadi seorang ibu rumah dan meninggalkan karir yang begitu menggiurkan. Aku dulu merasa bangga pada pekerjaanku, tapi apakah hanya status dan pekerjaan yang menjadi point utama kebanggaan seseorang? Kebanggaan bagiku adalah ketika aku memutuskan meninggalkan zona nyamanku dan sepenuhnya mendedikasikan diri pada keputusan yang telah kuambil tanpa menyesali semua yang telah terjadi. Aku telah berhasil mewujudkan mimpiku, kini mimpiku selanjutnya adalah melihat anakku tumbuh bahagia dan penuh percaya diri. Bangga adalah ketika Nadia memuji masakanku yang sederhana dan memakannya dengan lahap, bangga ketika Nadia berani tampil dipentas akhir tahun, bangga ketika Nadia sudah lancar membaca dan mengaji, bangga ketika Nadia sudah mengerti beberapa kalimat dalam bahasa Inggris, bangga ketika Nadia dengan kaki kecilnya mencapai puncak gunung Bromo tanpa bantuan sedikitpun. Kebanggaan pun bertambah saat aku menyadari bahwa ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang teramat mulia, dan disela seabreg kesibukan seorang ibu aku masih bisa berkarya dengan menulis.

Manasik Haji bersama teman2 sekelas :)

Manasik Haji bersama teman2 sekelas 🙂

Rupanya Allah menghiburku dengan cara yang istimewa, kecintaan pada dunia tulis-menulis yang telah lama kutinggalkan justru kembali memanggil. Semoga kelak aku bisa menjadi seorang penulis yang karya-karyanya bisa membawa kebaikan bagi orang lain, bahkan pahala mengalir lewat setiap goresan pena yang kutinggalkan. Ya..aku ingin menjadi ibu, istri, dan seorang penulis yang suskes. Ibu mana yang tak akan bangga mendengar anaknya kelak berkata, “buku-buku bestseller itu mamaku loh yang nulis, keren kan mamaku??!!! 😉

This is my life and I am proud of it! So deal with it or just shut up and go!! Bukan… pekerjaan, harta, dan status sama sekali bukan jaminan kebanggaan dan kebahagiaan seseorang. Menjadi diri sendiri dan menjalani pilihan hidup kita (apapun itu) dengan sebaik-baiknya, itulah kebanggaan dari sudut pandangku Semua orang punya jalan hidup yang harus dilewatinya, tak terkecuali aku. Aku memilih melewati sebuah jalan yang sempit dan gelap namun disitulah semua kebahagiaanku berawal. 🙂

New-Andromax-U2-250x250-JPEG

46 thoughts on “(Bangga) Menjalani Pilihan Hidupku

  1. Nothing wrong with a house wife, darling.
    Tak ada ilmu yang tak bermanfaat.
    Untuk memanfaatkan ilmu itu menulis,menulis,menulislah.
    Menulis artikel bukan hanya mencerahkan jika tetapi juga menebar ilmu.
    Menulis adalah bisnis rumahan yang menyenangkan,membahagiakan, membuat kita dikenal atau terkenal serta bisa membuat kita kaya.

    Yuk say, manfaatkan waktu yang ada, disela mengurus rumah tangga, menulis dan terus menulis.

    Semoga berjaya dalam lomba.

    Salam hangat dari Surabaya

    Like

  2. Pilihan tepat mbak muna, Mendidik anak dan merawat suami adalah lebih penting. Mendidik orang lain bukan berarti harus terjun ke dunia pendidikan kerena banyak cara intuk itu. Di rumah juga masih bisa membantu penghasilan suami dengan menulis, berjualan, mengajar TPA,Privat dll. Siapa bilang pendidikan adalah sia-sia karena sebenarnya yang terpenting adalah proses pembelajaran bukan ijazahnya. seandainya dari dulu kenal dengan saya, pasti darri pertama nikah saya anjurkan untuk ikut suami tercinta.

    Like

  3. menjalani pilihan dengan penuh tanggung jawab tentu membuat langkah semakin mantab–asalkan tetap sesuai dg koridor kebaikan, semoga terkabul menjadi dosen lagi, Bu dan berjaya di kontes ini sebagai pemenang (nomor dua)-xixixix…

    Like

      • Aku ngincer windows phone lagi je, kamu runner up aja ok? xixix… Pokoknya wus wusss wuss deh pake windows phone, keren dan cuepet di Rev. B Smartfren, ahaha, kok jadi iklan colongan neh :p

        Like

  4. tos makk… dari dosen jadi ibu RT, pernah bosen sempet nglamar s3 keterima malah lari hahaha, mikir gmn anak2 kalo kutinggal2. Yang penting adalah kita mencintai apa yag kita pilih,mak muna masih pinter nulis daku ngga nih 😦 up and down krn kerjaan online ga selalu semulus gawe digaji. Tapi selalu semangat, pasrah,syukur biar semua berjalan dg baik 🙂

    Like

    • Toss 🙂 sama kita ternyata mak 🙂
      aku nulis biar nggak bosen mak, tetap bisa berkarya juga kan, sama seperti dirimu yang woke punya. moga2 suatu hari nanti masih bisa lanjut S3 mak,kita doa bareng2 🙂

      Like

  5. Enggak usah sedih deh mbak gak ada yang manggil Miss lagi.. mulai sekarang deh saya yang manggil Miss Muna..tapi jangan hukum saya kalau enggak bawa kamus ya hehee

    sukses lombanya.. saya dukung artikel ini jawaranya

    Like

    • Hiks…. Iya nih mas ga da yg manggis Miss jd Inget Trs kl udh mulai dewasa.. Biasanya kn abegehh hehehe… Asyik dpt pendukung.. Kl gtu aku jg dukung tulisanmu deh.. Tp juara dua aja ya cyiint…
      (balang kursi)

      Like

  6. Luar biasa miss
    Keputusan yang tepat, karna masa depan anak adalah segalanya..
    Walaupun sekarang jd ibu rumah tangga, tapi miss muna tetap berbagi ilmu untuk yang lain, termasuk aku, makasih yaa miss..
    Guru curhatku yang baik :*

    Like

  7. So proud of you miss… mau mengesampingkan smuanya demi keluarga, meski ga gampang… n seneng bgt skg dirimu sangat menikmatinya… 😉 apalagi kak nadia n papanya krn punya mommy dan istri yg ada selalu…
    #tulisannya keren bangeeeettttsss…. like this a lot lah pokoeo…:)

    Like

  8. Wonderful life journey….big decision…big choice…may be it is the best way…may be it is the way Allah led for you Dear Bunda Muna….apalah arti mencetak ribuan mahasiswa pintar sana….tapi anak kita diasuh oleh (maaf) Pengasuh Anak yang (maaf) mungkin hanya lulusan SD atau SMP..kan sayang bgt yaa…pdhl Ibu nya S2 …..Mother is the best school for son n daughter…..Selalu bersyukur yuuuuk….. 😉

    Like

    • Isinya luar biasa sekali…tp itu mengingatkanku akan kesedihan ketika mendengar dosen paling gahol akan berpindah tempat dan tidak mengajar lagi…tp dilain sisi aku bahagia karena mendapatkan saudara baru lagi a.k.a Muna

      Like

Leave a comment