Taman Sari: Wisata Sejarah di Jogjakarta

Jogjakarta. Sebuah kota yang indah dan penuh kenangan. Dua tahun menimba ilmu di Jogjakarta, kota ini begitu membekas dalam ingatanku. Kalau ada satu kata yang bisa ku gunakan untuk menggambarkan Jogjakarta adalah ngangeni. Siapapun yang pernah berkunjung ke Jogjakarta atau hidup dan menimba ilmu disana, pasti selalu rindu untuk kembali lagi. 🙂

IMG_0858Alhamdhulilah selama dua tahun menetap di Jogjakarta hanya ada beberapa tempat yang sudah sempat aku datangi. 😦 Maklum lah anak kos dengan  segudang tugas kuliah, nggak punya motor, kemana-mana harus naik turun bis so jiwa petualang saat itu sedang dalam titik terendahnya. 😦 Anyway.. beberapa tahun setelah lulus kuliah, rasa kangen pada Jogjakarta datang. Akhirnya ketika ada hari libur kejepit berangkatlah kami ke Jogja. Waktu itu aku masih tinggal di Semarang, jadi dalam waktu 3 jam, sampai deh di kota Jogja tercinta. 😉

Dalam peta pariwisata Indonesia, Jogjakarta menduduki tempat yang special. Kekayaan budaya, keindahan kota, dan keramahan penduduknya membuat para traveler betah berlama-lama di kota ini (not to mention harga barang dan makanan yang ramah di kantong hehe). Banyak sekali tempat wisata yang bisa di kunjungi saat traveling ke Jogjakarta, salah satunya adalah Taman Sari. Lokasinya nggak jauh dari Malioboro dan Keraton, jadi dalam satu hari kita bisa mengunjungi ketiganya sekaligus. 😉

Siang itu, setelah puas jalan-jalan di Malioboro, kami memutuskan untuk naik becak menuju Taman Sari. Setelah adegan tawar-menawar yang cukup singkat, terjadi lah kesepakatan. Bapak becak akan mengantar kami ke Taman Sari dengan biaya Rp.15.000 pulang pergi. Bapak becak biasanya akan menawarkan penumpangnya mampir ke Keraton, baru setelah itu menuju Taman Sari, tapi kami sepakat untuk melewatkan Keraton karena sudah beberapa kali mengunjunginya. Mungkin karena hari kejepit nasional, Jogjakarta hari itu padat luar biasa, tak terkecuali di Taman Sari. Cuaca panas sama sekali nggak menyurutkan beberapa rombongan bisa pariwisata yang datang bersamaan dengan kami.

Di pintu masuk sudah ada guide yang siap mengantarkan para pengunjung sambil bercerita panjang lebar mengenai sejarah Taman Sari. Kami yang berlibur secara solo cukup nguping penjelasan dari jauh aja, jadi sejarah Taman Sari ini aku dapatkan dari Wikipedia hehehe. 😉  Taman ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I. Awalnya, taman yang mendapat sebutan “The Fragrant Garden” ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari Barat Daya kompleks Kedhaton sampai Tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja. Sayang sekali rasanya situs sejarah seindah dan semegah ini tak terjaga dengan baik. Kalau melihat sisa bangunan saat ini, terbayang bagaimana indahnya Taman Sari ini dahulu. 😦

IMG_0854

Kompleks Taman Sari memiliki arsirektur yang merupakan perpaduan antara gaya arsitektur Hindu, Budha, Islam, Eropa, dan Cina itu selesai dibangun pada tahun 1765 Masehi. Untuk memberi makna pada setiap bangunan, Sri Sultan Hamengku Buwono I waktu itu memberi nama masing-masing bangunan yakni Keraton Pulo Kenanga, Masjid Taman Sari dan Pulo Penambung yang terapung di atas air, kolam pemandian dan gedung tempat tidur Sri Sultan dan Permaisuri.

Fungsi utama dari Taman Sari ini adalah pemandian bagi Sri Sultan, istri-istri, dan putra-putri Keraton. Ceritanya sih Sri Sultan punya tempat khusus, semacam menara tempat beristirahat sambil mengamati para istri (selir) mandi. Nah dari sekian banyak istri, yang berhasil memikat hati sang Raja dipersilahkan menemuinya di menara. Mendengar penjelasan dari pak guide tentang cerita ini, aku kok jadi merinding disko gimana gitu. Pokoknya ekspresi ku saat itu sulit diungkapkan dengan kata-kata lah. 😛

taman-sari-yogyakarta

foto yg satu ini minjem yah, satu ajah 😉

Selain bentuk bangunan dan pemandiannya yang indah, Taman Sari juga di hiasi dengan pot-pot bunga yang besar di setiap sisinya. Meskipun hari itu nggak semuanya bermekaran, warna-warni bunga pastinya menambah cantik Taman ini. Berhubung hari itu panasnya cethaaarr banget dan pengunjung Taman Sari juga padat, kami nggak berlama-lama disini.

Dalam perjalanan pulang, tanpa kami minta bapak becak membawa kami ke toko batik dan oleh-oleh Jogjakarta yang betebaran di sepanjang jalan. Rupanya ini adalah semacam percaloan gitu deh, pantesan tariff becaknya murah meriah. Pada turis adalah sasaran empuk para calo wisata ini. Apabila kita memutuskan menggunakan becak untuk berwisata di area Keraton, sudah pasti kita akan dapat “paket hemat” tanpa bisa menolak. Rute normalnya adalah naik becak dari jl. Malioboro menuju Keraton, kemudian lanjut ke Taman Sari. Dari Taman Sari kita akan dibawa mengunjungi toko yang sudah bekerja sama dengan para bapak becak ini. Kalau kita membeli barang di toko itu, si bapak becak juga akan kecipratan bonus. Semakin banyak yang kita beli semakin basah juga kantong bapak becak. Pantesan bapak becak jadi bête saat melihat kami keluar toko tanpa bawa apapun. (turis kere) perjalanan pun diakhiri dengan melintasi alun-alun Jogjakarta, dan kembali lagi ke garis start yaitu  Jl. Malioboro.

Sebenernya sih harga yang di tawarkan calo wisata ini terbilang murah ya, kita pun nggak perlu capek jalan dari Malioboro sampai ke Keraton. Overall praktek percaloan ini masih bisa diterima kecuali bagian dimana kita “dipaksa” belanja di tempat yang sudah mereka tentukan. Silakan pilih aja, mau jalan kaki sambil olah raga atau bagi-bagi rejeki ke tukang becak. Happy traveling. 🙂

taman sari

17 thoughts on “Taman Sari: Wisata Sejarah di Jogjakarta

  1. gak sukanya ke yogya ya calo becaknya…pernah parkir byr parkir mobil di malioboro,parkirnya hrs paketan da paket 25rb, parkir + bonus becak kliling ke toko2 (ya yg ksh bonus gt), paket 35rb, parkir + bonus 2 becak dst…cm parkir sj g blh suruh pindah tmpt klo g mau paketan….haduh sdh malioboro padat begitu…terpaksa deh ngebecak..pdhl maunya jln2 sj…

    Like

Leave a reply to momtraveler Cancel reply