Review Buku Jangan Menyerah Bunda

Judul Buku                  : Jangan Menyerah Bunda

Penulis                         : Anies Anggara,Dessy,Ayik

Desain Sampul            :  Emha Rizki

Tata Letak Isi              :  AgriArt

Editor                          :  Rudi G.Aswan

Cetakan I                    :  Bogor,Desember 2013

Penerbit                       :  Bypass

ISBN(13)                    :  978-602-1667-00-2

ISBN(10)                    :  602-1667-00-9

Tebal                           :  297 halaman

Harga                          :  Rp.48.000

foto bukuSetelah menyelesaikan buku setebal 297 halaman ini barulah aku tersadar kalau perjuangan dan penderitaanku selama dua tahun ini sama sekali tak sebanding dengan perjuangan tulus ketiga penulis buku Jangan Menyerah Bunda. Meskipun dua tahun ini aku sedang menunggu kehadiran sang buah hati, alhamdhulilah Allah sudah memberikan aku hadiah terbaik di dunia tak lama setelah pernikahanku. Ya…aku memang sudah dikarunia seorang gadis cantik tapi rupanya hingga usianya menginjak 6 tahun, Allah belum mengizinkan kami memberi Nadia seorang adik seperti yang diinginkannya sejak lama (curcol). 😦

Membaca perjuangan panjang ketiga penulis dalam mendapatkan momongan sukses membuatku ngilu, sedih, bahkan berderai airmata. Tutur bahasa yang mudah dicerna, ditambah bumbu humor yang kadang terselip memudahkan pembaca masuk bahkan larut dalam cerita. Adegan mengerikan yang terjadi di dalam ruangan dokter kandungan digambarkan dengan detail, lengkap, namun tak vulgar membuat pembaca mampu merasakan apa yang penulis rasakan. Terbukti setiap adegan dalam ruangan “horror” itu aku selalu ikut ngilu yang teramat sangat. 😦

Itulah kehebatan dan kekuatan wanita, seribu satu program kehamilan rela mereka jalani meskipun harus menguras tenaga, perasaan, bahkan isi rekening. Pertanyaan-pertanyaan iseng dan menyakitkan yang sering datang dari orang-orang di sekitar (aku juga sering mengalami yang satu ini hiks..) tak membuat langkah dan usaha mereka surut. Semua mereka jalankan dengan penuh keihklasan demi satu tujuan, dapat merasakan indahnya menjadi seorang ibu. 🙂

Perjuangan Anies Anggara dimulai saat pernikahannya menginjak tahun kedua namun belum ada tanda kehadiran sang buah hati. Diagnosa pertama dokter menyatakan bahwa penulis mengalami Retrofleksi atau dalam bahasa awam posisi rahim penulis agak menekuk. Serangkaian tes dan pengobatan pun dijalani hingga akhirnya membuahkan hasil. Sayangnya kehamilan harus berakhir dengan keguguran, hiks. 😦 Cobaan sempat membuat penulis putus asa namun bangkit lagi dan melanjutkan perjuangannya. Beberapa program seperti inseminasi, histeroskopi hingga berobat alternative pun dicoba. Alhamdhulilah perjuangan dan ketulusan penulis pun akhirnya berbuah manis, tahun 2012 penulis akhirnya dinyatakan hamil. Aku benar-benar bisa merasakan kebahagian dalam setiap rangkaian kata mbak Anies saat menceritakan kehamilannua. Oya satu hal positif yang kudapat dari membaca buku ini adalah mengetahui macam pengobatan dan istilah kedokteran untuk gangguan infertilitas. Beruntung sekali aku, maklum lah dokter kandunganku rada pelit berbagi informasi sih, so buku ini sangat membantuku. Thanks mbak-mbak semua. 🙂

cover JMB

Bagian kedua buku ini dituturkan oleh seorang pejuang momongan bernama Dessy. Membaca penuturan mbak Dessy yang ringan dan kocak aku pun kadang ikut tersenyum namun adakalanya aku bisa merasakan penderitaan mbak Dessy bahkan menitikkan airmata saat Ia harus mengalami dua kali keguguran. Ada beberapa baris kalimat indah yang menggambarkan kebahagiaan mbak Dessy saat dinyatakan hamil. Kalimat inipun berhasil bikin saya terharu bahkan mewek ketika membacanya.

“Kusiarkan berita gembira kehadiranmu. Sejuta doa dipanjatkan untukmu. Sejuta harapan diucapkan untukmu. Dan sejuta puji syukur ditujukan kepada Penciptamu. Anakku, kunikmati detik demi detik kehadiranmu.” (hal. 170)

 

Berbagai macam diagnosa menghampirinya, kista, mioma, ketidakseimbangan hormon, bahkan rahim dingin, namun semua pengobatan dan tindakan medis rela dijalaninya meskipun tak mudah. Diatermi, laparaskopi, hidrotubasi satu persatu dijalaninya dengan satu harapan, dapat segera mendapat predikat ibu. Mbak Dessy punya satu kalimat jitu untuk mengatasi ketakutannya saat harus berhadapan dengan peralatan dan tindakan medis. Sebuah kalimat simple namun sangat positif dan menguatkan, “ Gue 28 tahun dan MAU PUNYA ANAK!” (hal.113). Hingga saat ini mbak Dessy masih belum dikaruniai momongan, namun aku yakin perjalanan panjangnya akan berakhir suatu hari nanti. Tetap semangat ya mbak. 🙂

Bagian ketiga dituturkan mbak Ayik, sang pejuang momongan yang memulai program kehamilan setelah melewati 22 bulan masa pernikahan. Selain efek ketidakseimbangan hormon dan mampetnya saluran tuba (tuba falopi) menjadi tersangka utama ketidakhamilan mbak Ayik. Penulis juga memberikan info berupa 5W+1H (229-234) seputar program kehamilan dan beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab infertilitas (253-256). Informasi ini juga disertai dengan biayanya lho, sangat membantu sekali bagi pasangan lain yang memiliki masalah serupa. 🙂

Dalam kasus mbak Ayik diagnosa dokter terhadap masalahnya berbeda-beda, dan itu membuatnya bingung. Mencari dokter kandungan yang cocok dihati memang menjadi salah satu perjuangan tersendiri. Jangan putus asa bila bertemu dengan dokter yang kurang oke, apalagi diagnosa dan penjelesannya kurang memuaskan. That’s why second opinion is necessary.  Setelah serangkaian program dijalankan akhirnya mbak Ayik dan suami memutuskan melakukan inseminasi buatan meskipun kadar keberhasilannya hanya 20%. Subhanallah ternyata dalam  20% itu mbak Ayik ikut didalamnya setelah dua garis dalam testpack akhirnya muncul. Perjuangan mbak Ayik belum usai meskipun buah hati telah ditimangnya. Dear mbak Mbak Ayik….Insyaallah setelah kesulitan ada kemudahan. Percayalah akan janji Allah itu. Tetap semangat ya mbak, semoga baby Aira lekas sembuh. 🙂

Overall buku ini sangat recommended untuk para pejuang momongan diluar sana. Dari segi penulisan hampir tak ditemukan typo, bravo bapak editor Rudi G. Aswan. 😉 Para suami pun sangat dianjurkan membaca kisah inspiratif ini agar dapat memahami betapa berat perjuangan seorang wanita untuk mendapatkan buah hati. Akhirul kalam…izinkan aku mengutip sebuah paragraf dalam buku yang menurutku adalah tips terpenting bagi para pejuang momongan. Kalimat inipun kubaca berulang kali agar aku dapat tiga kata sakti itu untukku sendiri: positive thingking, pasrah, dan ikhlas.

 

“Bila segala cara telah dilakukan dan dana pun sudah banyak terkuras, sementara kehadiran momongan sepertinya menjadi hal yang mustahil untuk diperoleh, maka berfikir positiflah, lalu pasrah dan ikhlas. Itu menjadi obat mujarab. Positive thinking atau berbaik sangka terhadap takdir Tuhan akan memudahkan kita berpasrah dan mengikhlaskan segalanya. Diluar itu, kita tetap harus meyakini bahwa ada rencana-Nya yang sangat indah yang tengah menanti kita menurut waktu-Nya.”

(hal. 95)

jangan menyerah bunda 

19 thoughts on “Review Buku Jangan Menyerah Bunda

  1. merinding baca buku ini Mak. Aku juga jd bersyukur karena ujian kita soal momongan belum ada apa-apanya. Cucok buat ngingetin kita agar ga merasa paling sengsara di dunia. Seperti kata Anies Anggara, :Duh, wanita. Begini nian penderitaanmu..” –hiks. Semoga sukses kontesnya ya Mak 🙂 Buku yang inspiratif!

    Like

  2. Momongan adalah dambaan tiap suami-istri. Kalau tak kunjung memeluknya kita merasa ada yang kurang. Terutama para bunda, merasa gimana gituh..Pengalaman ini sempat saya alami sebab anak pertama kami lahir di tahun ke-2 perkawinan. Waktu nikahnya baru sembilan bulan tapi tak kunjung isi sudah panik..:)
    Jadi saya memahami bagaimana perjuangan para ibu itu untuk mendapat momongan.
    Reviewnya bagus, Mbak 🙂

    Like

  3. Halo mom Nadia, salam kenal ya…makasiiiiih banget udah baca dan mereview buku kita (reviewnya bikin terharu). Dan alhamdulillah baby Aira (yang sekarang udah jarang saya panggil baby krn sudah 21 bulan) sehat, aktif dan lincah.
    Salam sayang ya buat kakak Nadia, mudah2an segera diberikan adik, AMIN.

    Like

  4. Pingback: The Lucky Nine | Song of th3sea

Leave a comment