Me and My Sister

Mari kita bicara tentang ikhlas. Sebuah kata yang ringan sekali pengucapannya tapi super duper berat menjalaninya. Menurutku butuh pemahaman dan rasa pasrah yang dalam agar ikhlas ini dapat terpatri di dalam hati, tak sekedar terucap di bibir saja.

Waktu membaca sedikir bocoran cerita dari mak Ade Anita mengenai novel keduanya “Lukisan Hati,” aku langsung teringat sebuah episode yang luar biasa indah dalam hidupku. Ceritanya mungkin hampir sama dengan kisah Solasfiana yang harus segera menikah karena Marsyapati, sang adik, juga ingin segera menikah.

Ini sepenggal kisah tentang aku dan kakakku. Kisah ini sudah diterbitkan dalam buku “Dream and Pray” oleh penerbit Qultummedia (numpang promo) 😛 khusus untuk Mak Ade Anita, izinkan aku menceritakan ulang kisah yang ajaib ini. Semoga semua pembaca postingan ini dapat mengambil hikmah dan pelajaran darinya. 🙂

tulisan perdanaku ada disini ;)

tulisan perdanaku ada disini 😉

Dua saudara dengan kepribadian yang amat sangat berbeda, itulah kami. Meskipun kami berasal dari satu darah dan dibesarkan di atas atap yang sama, kepribadian kami bagaikan minyak dan air. Kadang sulit bagi orang lain mempercayai bahwa kami adalah saudara kandung. Kakakku adalah gadis yang sederhana. Sejak kecil kepribadiannya begitu lembut dan menyenangkan, dia bahkan selalu menjadi juara kelas dan menjadi kebanggaan kedua orang tua kami. Kehidupan kakakku terasa kian lurus terutama setelah Allah memberikan hidayah untuk berhijab saat dia masih duduk dibagku SMA.

Ketenangan dan kelembutannya amat jauh berbeda dengan kepribadianku yang meledak-ledak dan terkadang tak mau diatur. Saat aku masih disibukkan dengan hormon remaja, trend music, dan fashion, kakakku justru sibuk mengikuti kajian keislaman setiap harinya. Perbedaan kami yang begitu tajam sering kali membuatku bertanya-tanya mungkinkah suatu hari nanti aku bisa memiliki kesederhanaan dan keanggunan kakakku. Aku memang jarang menunjukkan kekaguman dan rasa sayangku padanya karena rasa gengsi yang kadang mengalahkan keinginanku belajar darinya namun kakakku tidak pernah berhenti menyayangiku dan selalu berusaha memberi contoh yang baik tanpa berusaha menggurui sedikitpun.

mi familia :)

mi familia 🙂

Aku memutuskan untuk berhijab saat kuliah walaupun belum sempurna seperti kakakku. Alhamdhulilah diusiaku yang kedua puluh tiga, Allah mendatangkan jodoh padaku. Urusan jodoh memang kuasa Allah, kapan dan kepada siapa jodoh diberikan sepenuhnya merupakan rahasia Allah. Kali ini kehendak Allah adalah mendatangkan jodoh kepadaku sebelum pada kakakku. Sebagai seorang adik sedih rasanya harus melangkahi kakakku meskipun tidak ada larangan sama sekali dalam Islam untuk melakukannya.

Khusnudzon itulah kelebihan kakakku yang luar biasa. “Kakak sama sekali tidak merasa marah atau iri padamu, justru kakak sangat bahagia. Kamu juga harus bahagia karena Allah sudah mendekatkan jodohmu. Kakak tidak akan meminta apapun darimu. Jangan khawatir kakak ridho dan ikhlas kok dek. Kakak akan ikut membantu persiapan pernikahanmu sebisa kakak.” Subhanallah begitu lembut hatinya hingga tak sepatah kata pun mampu kuucapkan atas restu sepenuh hati yang diberikan kakakku. Sungguh bersyukurnya aku memiliki kakak sebaik dirinya.

Tidak hanya kata-kata manis, keikhlasan dalam setiap perhatian yang tulus diberikannya. Design kartu undangan hingga jenis bunga yang akan digunakan dalam pelaminan semua dipersiapkan kakak sesuai dengan keinginanku. Aku yang saat itu masih sibuk dengan studi S2 ku tidak sempat mengurusi semua persiapan pernikahan sehingga kakakku yang mengambil alih semuanya. Melalui email dan sms seluruh persiapan pernikahan di update setiap saat oleh kakak.

Semakin besar pengorbanan yang dilakukannya semakin berat kesedihan yang kurasakan. Malam demi malam kuhabiskan menangis di atas sajadah memohon pada Nya agar memberikan keajaiban. Aku ingin kebahagian ini dirasakan lebih dulu oleh kakakku tercinta.

Menurut perhitungan manusia permintaanku adalah hal yang mustahil mengingat waktu yang sudah mendekati hari pernikahanku sedangkan kakakku bahkan belum memiliki calon. Semua orang berkata tidak mungkin kakakku bisa mendahului menikah, karena dia bahkan belum memiliki calon pendamping. Tidak ada kata pacaran dalam kamus kehidupan kakakku, bila ada pri baik-baik datang kepadanya untuk menikah dan dia yakin pria itu akan menjadi imam yang baik maka menikah adalah jalan terbaik.
Semustahil apapun keadaan yang kuhadapi saat ini aku tetap yakin Allah Maha Mengetahui dan Maha Mendengarkan doa setiap hamba Nya. Setiap tetes airmata dan doa tulus kepersembahkan pada Allah memohon agar Allah mendekatkan jodoh kakakku bahkan menikah sebelum hari pernikahanku. Dua bulan sebelum hari pernikahan belum juga ada perubahan.

Puasa sunah, shalat dhuha, shalat tahajut, tak pernah lepas dari kegiatan sehari-hariku selain kuliah. Aku tidak pernah putus asa pada Allah, karena aku percaya pada janji Allah. “Mintalah kepada Ku PASTI akan Kuberi.” Kepastian dari Allah lah yang meyakinkanku untuk tidak pernah berhenti berharap. Salah satu doa yang sering kupanjatkan adalah ini:

“Waman Yattaqilaha Yaj’allahu Makhrajan Wa Yarzuqhu Min Haitsu La Yahtasib. Waman Yatawakkal’Allahi Fahwa Hasbuh, Innallaha Balighu Amrihi Qad Ja’alahullahu Likuli Syain Qadra.”

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah (dengan mengerjakan perintah Nya dan meninggalkan larangan Nya) niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkan). Serta memberinya rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka dan (Ingatlah) barang siapa yang berserah diri pada Allah, maka cukuplah baginya (sebagai penolong dan penyelamat). Sesungguhnya Allah melakukan segala perkara yang dikehendaki Nya. Allah telah menentukan kadar dan masa bagi berlakunya segala sesuatu.” (QS. At Thalaq 2-3)

Dengan segenap kepasrahan doa tersebut terucap hari demi hari dalam setiap kesempatan yang kumiliki. Penantianpun berbuah manis. Sebulan sebelum hari pernikahanku seorang pria datang bertaaruf pada kakakku. Kakakku yang saat itu telah bekerja di Jakarta memintanya berkunjung kerumah orang tua kami di Semarang. Mendengar kabar gembira itu, aku memutuskan segera pulang untuk bertemu dengan pria yang selama ini kutunggu-tunggu kehadirannya.

Dengan kuasa Allah perkenalan berjalan lancar, minggu berikutnya lamaran dilangsungkan, dan minggu berikutnya pun pernikahan kakakku dilangsungkan. Syukurlah kedua orang tuaku tidak percaya takhayul yang mengatakan bahwa tidak baik menikahkan dua anak dalam satu tahun yang sama. Mereka yakin Allah akan memudahkan semua niatan baik kami. Tiada yang mustahil dihadapan Allah, hal yang menurut kaca mata manusia sangat tidak mungkin terjadi. Dengan kuasa Allah semuanya berlangsung begitu cepat, dua minggu sebelum pernikahanku Allah memberikan jodoh pada kakakku.

Sungguh mukjizat Allah yang memungkinkan semua ini terjadi. Hanya dalam waktu dua minggu persiapan pernikahan kakakku dilakukan. 7 Januari 2007, hari yang tidak akan pernah kami lupakan. Ijab Qabul dan walimah yang sederhana dan lancar berlangsung di rumah kami dan kakakku pun akhirnya resmi menjadi seorang istri. Airmata tak berhenti menetes dipipiku hari itu bukan hanya karena kebahagian melihat pernikahan mereka, namun juga karena perasaan lega yang teramat sangat karena Allah telah menjawab semua doaku.

pengantennya malu2 apa lagi flu yahh :P

pengantennya malu2 apa lagi flu yahh 😛

Janji Allah selalu benar dan tidak pernah meleset sedikitpun. Maka jangan ragu ataupun bimbang barang sedikitpun karena Allah akan mengabulkan setiap doa hamba Nya. Tak perlu merasa risau, galau, bahkan gundah gulanan karena Allah lebih dekat dari urat nadi lehermu. Panjatkan doamu dengan seluruh keyakinan dan ketulusan, jangan pernah meragukan kahadiran Allah dalam setiap bulir air mata yang menetes dipipimu. Tidak ada satu senjatapun yang lebih kuat daripada doa yang terucap dengan sepenuh keikhlasan. 🙂

 

 

banner GA tentang ikhlasTulisan ini diikut sertakan dalam GIVE AWAY TENTANG IKHLAS

 

 

43 thoughts on “Me and My Sister

  1. subhanallah…terharu bacanya…tau critanya malah dari muna nih hehe…kak inay ga ngeblog ya? salam buat kak inay ya…kangen masa kecil dulu, main bareng di rumah muna dan inay hehe….

    Like

  2. aku mirip dengan dirimu.. aku duluan yang bertemu jodoh.. tapi… ternyata kakakku suka gonta ganti pacar jadilah aku harus nunggu 4 tahun sebelum akhirnya kakak menikah… sedih sih.. tapi kakak gak mau dilangkah sama sekali… jadi curhat deh dakuh.. padahal kejadiannya dah lama.. jadi inget lagi baca ini… hehehhe… btw makasih sudah ikut give awayku ya mak

    Like

Leave a comment