Menyusuri Hijaunya Kebun Teh Wonosari

Tergoda oleh sebuah billboard raksasa yang terpasang dijalan dari Surabaya menuju Malang, kami memutuskan untuk berbalik arah dan membatalkan liburan ke Malang yang sudah kami rencanakan sebelumnya. Selain malas berjibaku dengan kemacetan, rasanya sudah lumayan sering kami liburan dikota ini. Malang kini telah berubah menjadi kota yang padat dan akrab dengan kemacetan terlebih saat weekend tiba. Kesal rasanya selalu terjebak macet setiap kali ke Malang. Perjalanan yang seharusnya hanya 2 jam bisa molor 3-4jam. Rupanya Malang jadi “gateway city” nya orang-orang Surabaya yang mendambakan kesejukan dan ketenangan. Sayangnya ketenangan itu makin sulit ditemukan dikota ini.

Untunglah hari itu kami berangkat cukup pagi. Setelah sepakat untuk membatalkan rencana liburan ke Malang, mobil kami langsung berbelok arah mengikuti arah petunjuk jalan menuju Agrowisata Kebun Teh Wonosari. Kurang lebih satu setengah jam dari Surabaya (kalau nggak macet), dikaki gunung Arjuno, terhampar hijaunya perkebunan teh milik PTPN XII ini. Kebun Teh Wonosari berada pada ketinggian 950-1250 di atas permukaan laut dengan temperatur berkisar 19-25 derajat Celcius. Luas keseluruhan dari kebun teh ini sekitar 1.144,31 hektar. Kebun Teh Wonosari pada awalnya adalah milik orang Belanda, namun setelah masa kemerdekaan dinasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia.

peninggalan kolonial Belanda yg masih bertahan hingga hari ini

peninggalan kolonial Belanda yg masih bertahan hingga hari ini

Jalan menuju ke kebun teh ini sangat sempit, menanjak dan berliku-liku. Sepanjang perjalanan kami hampir tak berpapasan dengan mobil lain, hanya beberapa motor dan angkot yang melintas. Sayang pemandangan yang indah ini rupanya kalah tenar oleh wisata kota Batu, Malang yang memang selalu dipadati pengunjung. Begitu melewati pintu masuk kebun teh, hamparan kebun teh yang hijau dan udara yang sejuk langsung menyapa. Segera saja kumatikan AC dan membuka jendela mobil. Udara yang fresh seperti ini harus dinikmati oleh paru-paru kita sepuasnya.Andaikan saja bisa merasakan udara yang sehat seperti ini setiap harinya….

Nggak cuma udara disekitar perkebunan yang fresh, ternyata tiket masuk Agrowisata Wonosari ini juga bikin fresh hati dan kantong hihiihi…. Tarif masuk kawasan agrowisata cukup murah hanya Rp. 8.000, dan Rp 11.000 pada akhir pekan atau hari libur. Tempat wisata yang seperti inilah yang aku suka. Udara sejuk, pemandangan yang menenangkan hati, lokasi yang luas, banyak permainan untuk anak-anak, dan harga yang bersahabat, Perfecto!! 🙂

ijo royo-royo bikin hati ademm....

ijo royo-royo bikin hati ademm….

entah knp selalu suka melihat jalan seperti ini

entah knp selalu suka melihat jalan seperti ini

Berhubung kami kesana dihari libur jadi kegiatan ibu-ibu petani yang sibuk memetik daun teh tak bisa kami temui. Beberapa aktivitas sepertinya memang harus kita relakan bila berkunjung ke Agrowisata Wonosari disaar weekend. Selain kesibukan memanen daun teh, proses pembuatan teh dengan merk Rolas dikebun ini juga terlewatkan, hiks..  Hasil produksi teh dikebun ini ternyata telah diekspor ke berbagai negara seperti Amerika, Eropa dan Timur Tengah, hebat juga ya. Oya, disini ternyata nggak hanya didominasi oleh kebun the saja, ada juga kebun kopi dan kakao dengan kualitas yang sangat tinggi. Hhhh….. kalau sudah begini miris rasanya memikirkan betapa kayanya Indonesia tapi segala sesuatunya masih saja impor dari luar negeri.

Betah rasanya menghabiskan waktu seharian dikebun teh Wonosari sampai-sampai malas membayangkan harus kembali merasakan panasnya Sidoarjo. Saat menyusuri jalan menuju pintu keluar, kami menemukan villa-villa mungil milik PTPN XII. Memang bukan bangunan baru dan mewah tapi sepertinya kapan-kapan boleh juga mencoba menginap semalam disana. Tarifnya ternyata cukup bersahabat kok, sekitar Rp. 250.000 – Rp 400.000, tergantung besarnya kamar. Dalam perjalanan pulang menuju Sidoarjo, Nadia sudah sukses terkapar berkat seharian berkeliaran di Kebun Teh Wonosari. Semoga kami bisa menemukan tempat-tempat wisata yang tersembunyi tapi indah dan asri seperti ini.

DSC_0147

21 thoughts on “Menyusuri Hijaunya Kebun Teh Wonosari

  1. wah mau dong ikutan,. asyik banget tuh kebunnya, jadi inget yang di Lembang. liat foto jalan itu kok keren ya….Nadia, miss u 🙂

    Like

    • iya bun… ini judulnya kesasar membawa berkah. Aku lagi terinspirasi cerita bunda yg bawa anak2 camping nih, lagi cari tempat camping yg enak, pengen ngajarin Nadia hidup dialam bebas 😉

      Like

  2. betul mak kalo ke malang pas weekend kesiangan dikit bisa 3-4 jam itu klo naik mobil,, hehe solusinya kalo ke malang seringnya ya motoran sama temen2 ato nyepur, tapi klo bawa si kecil syusyah yah mak 😀 oiya sudah ke kebun raya purwodadi mak ?

    Like

Leave a comment