Me Style Hijab

Tahun ini genap dua belas sudah aku menyempurnakan kewajibanku sebagai seorang muslimah dengan menutup aurat. Kalau diingat-ingat lagi, niatku pertama kali berjilbab itu salah banget. Saat itu aku bernadzar pada Allah kalau berhasil masuk Universitas Negeri aku akan berjilbab (tutup muka pake bantal). Syukurlah, aku segera menyadari kesalahanku kala itu. Masa bikin perjanjian sama Allah, Tuhan yang sudah menciptakan dan memberikan segalanya? Seminggu setelah kuucapkan permintaan ngawur itu, aku segera minta ampun pada Allah dan memantabkan hatiku untuk berjilbab. Aku yakin Allah akan memberikan kemudahan dalam setiap langkahku. 🙂

DSC_0172Berbekal dua lembar jilbab dan tiga blouse lengan panjang yang semuanya kukudeta dari lemari kakakku, dimulailah perjalananku sebagai seorang muslimah yang sesungguhnya. 😉 Juli 2001, diulang tahun yang kedelapan belas, aku keluar kamar dengan “kostum” baruku dan membuat geger seisi rumah. Memang nggak ada satu katapun yang kuucapkan pada keluarga mengenai niatan berjilbab, tapi tentu saja niatan ini disambut baik oleh semuanya, terutama mama yang langsung berkaca-kaca melihat anak gadisnya menutup aurat. 😉 Hari itu juga bertepatan dengan hari pertama UMPTN, saat itu aku hanya berharap yang terbaik dan dimudahkan menjalani semuanya. Alhamdhulilah Allah menjawab doaku, aku berhasil diterima di Universitas Diponegoro Semarang. 🙂

Hari-hari pertama berjilbab memang tak mudah dan penuh tantangan. Panasnya kota Semarang seringkali membuatku patah semangat, belum lagi beberapa teman menyangsikan niatku karena memang tahu sifatku yang nggak bisa diem dan pecicilan banget. Zaman SMA dulu, entah berapa banyak rok seragamku robek gara-gara kaki yang nggak bisa anteng, tak pernah sekalipun mereka melihatku memakai baju lengan panjang atau rok kecuali seragam sekolah, belum lagi sebagian besar temanku yang cowok. Nggak heran kalau semua orang sanksi akan keputusanku, tapi kalau hidayah Allah sudah digenggaman, maka tak ada yang bisa mengurungkan niatan seseorang untuk berjilbab, termasuk aku. 🙂

Allah memang Maha Baik dan Bijaksana karena mempertemukanku dengan teman-teman yang bisa memberi banyak energy postitif semasa kuliah, sehingga rasa minder dan nggak percaya diri dengan tampilan baruku hilang seketika. Suasana kampus yang menyenangkan, teman-teman yang selalu penuh support membuatku kian mantab berjilbab. Perlahan tapi pasti lemariku yang dulu penuh kaos ketat berganti menjadi koleksi kaos dan blus lengan panjang dan jilbab aneka warna.

Hari-hari dengan jilbab berjalan lancar tanpa kendala berarti sehingga aku mampu melangkah dengan mantab setiap harinya. Memang belum sempurna betul caraku berjilbab, tapi sedikit demi sedikit aku mencoba memperbaiki diriku, inside out. Jilbab sama sekali bukan halangan untukku beraktivitas, bahkan dengan jilbab aku merasa makin nyaman dan dihormati. Satu cobaan dari Allah yang lumayan menggetarkan hati datang beberapa saat setelah aku lulus kuliah. Mimpi menjadi seorang wanita karier belum juga terealisasi, bahkan hampir setahun aku menyandang status pengangguran hiks… 😦 Emang bukan pengangguran yang tiada guna sih karena aku masih mengajar sebagai guru privat tapi penghasilannya kurang memuaskan.

Malu rasanya apalagi satu persatu sahabatku mulai merasakan asyiknya kerja kantoran. Beberapa kali wawancara memintaku melepaskan jilbab, alasannya sih wanita berjilbab terlihat ekstrim dan bisa merusak citra perusahaan. Beberapa tragedy terorisme yang kerap terjadi saat itu memang sempat berhasil membuat sebagian orang berpandangan sempit pada Islam. Muslimah berjilbab, laki-laki berjenggot seketika dianggap menganut aliran garis keras, banyak mata memandang sinis dan penuh curiga. Sedih rasanya, terlebih saat tuduhan itu datangnya dari saudara seiman. 😦 Hampir saja hati ini goyah saat salah satu sekolah internasional di Semarang menawarkan gaji yang lumayan besar padaku dengan syarat melepas jilbab. Alasan management sekolah saat itu banyak wali murid yang khawatir anak-anak mereka akan “dicuci otak” dengan ajaran Islam yang sesat. Astaghfirullahaladzim……

Allah senantiasa bersama hambanya, dan itulah yang kurasakan. Dengan tegas kutolak permintaan itu, “Apabila perempuan yang berpenampilan terbuka lebih dihargai dan dihormati daripada kami yang menutup aurat apa jadinya masa depan anak-anak kita nanti? Islam tidak pernah mengajarkan keburukan. Kalaupun ada umat Islam yang menyimpang maka itu salah pribadinya bukan agamanya. Islam itu agama yang rahmatan lil alamin pak, dan saya tidak akan melepaskan keyakinan saya demi tawaran bapak,” jawabku pada pewawancara dengan tegas dan segera kutinggalkan sekolah itu tanpa menoleh dan menyesal sedikitpun. Benar saja, tak lama setelah kejadian itu aku melanjutkan studiku di Pasca Sarjana UGM, dan berhasil menjadi dosen tak lama setelah lulus. “Allah itu sesuai dengan persangkaan hambanya,” maka selalu berprasangka baiklah pada Nya. 🙂

bernarsis ria, mahasiswa sama dosen nggak ada bedanya;)

bernarsis ria, mahasiswa sama dosen nggak ada bedanya;)

Alhamdhulilah pikiran negative mengenai muslimah berjilbab saat ini sudah banyak berkurang. Pemandangan perempuan berjilbab sudah sangat umum, bahkan menjadi trend. Umat Islam sudah mulai menyadari bahawa menutup aurat adalah salah satu kewajiban muslimah. Pasar pun mulai memanfaatkan peluang ini dengan mengeluarkan berbagai model jilbab yang unyu-unyu dan menarik hati para muslimah terutama para ABG. Jujur sebagai pecinta fashion suka juga sih melihat trend model jilbab dan busana muslim saat ini, tapi aku bukan hamba fashion yang harus selalu mengikuti trend mode. Tampil cantik memang fitrah semua perempuan termasuk aku, tapi aku nggak mau terjebak dalam dunia mode sehingga akhirnya lupa tujuan awalku berjilbab.

Pernah suatu hari aku mendownload sebuah tutorial hijab yang ada di Youtube. Maksud hati pengen nyoba sekali-sekali ngikutin trend jilbab. Bukannya dipuji malah dibilang aneh sama suami. “Ngapain si ade pake model begitu? Ribet amat, yang biasanya kan lebih cantik,” komentar si abang dengan cueknya. Ternyata terbukti,  belum juga keluar rumah aku udah merasa luar biasa nggak pede dan akhirnya balik ke model biasanya heheheh… memang betul kalau ternyata cantik itu datangnya dari dalam hati. Kalau kita merasa pede apapun yang kita kenakan akan terlihat cantik.

tetap cantik saat traveling?/ Harus dong!!

tetap cantik saat traveling?/ Harus dong!!

Sejak dulu gaya busanaku tak banyak berubah. Chick , natural, and simple, itulah aliran fashionku. Gamis, blouse bermotif kotak-kotak, garis, bunga, dan kaos dengan cutting simple masih mendominasi lemari pakaianku. Untuk jilbab pun aku nggak neko-neko, cukup dengan jilbab paris polos ataupun motif dengan aneka warna dan menutup bagian dada. Tampil sederhana bukan berarti jelek ataupun nggak gaul, asalkan kita pandai menerapkan ilmu mix and match. Prinsip dasarnya adalah Hijab gaya tanpa banyak biaya. Dengan biaya minimalis kita tetap dapat tampil maksimal dan tentunya sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan Allah. Tak perlu memaksakan mengikuti trend mode kalau memang nggak sesuai dengan gaya kita. Cukup manfaatkan koleksi baju dan jilbab yang ada, dengan sedikit sentuhan gaya atau aksesoris penampilan kita pasti terlihat cantik. Padu padankan warna dan motif baju dengan jilbab yang sesuai. Ada orang yang suka “nabrak warna” dan tetap terlihat pantes dan enak diliha, boleh saja diikuti kalau memang suka. Kalau aku pribadi lebih suka penampilan yang senada dan seirama, misalnya baju polos bisa dipadukan dengan jilbab bermotif ataupun sebaliknya dengan nuansa warna yang sama.

Cantik dalam devinisiku adalah menjadi diri sendiri dan itulah yang kuterapkan dalam keseharianku. Tak perlu bersusah payah mengekor gaya artis A atau artis B, mengikuti gaya baju model C atau D, cukup dengan menjadi diri sendiri dan ikuti aturan yang ditetapkan Allah dalam Al Quran, insyaallah kecantikan akan muncul dengan sendirinya.pada dasarnya semua perempuan didunia ini  cantik apalagi yang berjilbab. Temukan gaya kita sendiri dengan hijab gaya tanpa banyak biaya. 🙂

“Give Away Idul Adha dari Hijaiya”

32 thoughts on “Me Style Hijab

  1. Kunjungan perdana saya sepertinya. hehe.

    Emang udeh dasarnya cantik, Mau diapain si Emak juga tetep cantik. Ahay. Hehe

    Tapi kata suamiku juga sama dengan suami Emak, pakai jilbab biasa lebih cantik ^^

    Salam kenal, Mak ^^

    Like

  2. dari dulu muna yang kukenal ya gini style-nya hehe emang dari sononya cantik pake hijab simple aja tetep keluar aura cantiknya hehe

    sama nih muna, aku juga kadang suka liat di yutub, dipraktekin meskipun ngabisin waktu lebih lama, dan kebetulan suami ga pernah komplen, tapi akunya sendiri yang lama-lama ngerasa ribet dan ogah berlama-lama muterr-muter melilit lilit jilbab yang makan waktu, akhirnya sekarang default balik lagi ke paris lagi paris lagi, lebih nyaman 🙂

    Like

  3. Tetep, narsise keluar, ngaku2 seumuran mahasiswa, uhuk :p Ya aku juga pengen berhijab tapi dilarang ibuku. Semoga Bunda Nadia makin eksis dengan jilbab dan berjaya dalam GA ini.

    Like

  4. Pingback: Hijab Bergo Motif - kisah-kisah Teladan

Leave a comment