Archives

Ikhlas Inside

Assalamualaikum Sahabats 🙂
Sebenernya bukan gayaku banget si curhat begini. Aku lebih suka berbagi kebahagiaan daripada kesedihan. Tapi setelah dipikir-pikir ini bukan kesedihan, aku justru bersyukur. Menyadari sesuatu yang sebelumnya belum kumiliki. Rasa ikhlas. Dan itu semua berkat bewe ke rumah dua orang blogger, om Nher dan mak Dwi Puspita Nurmalinda. So … terima kasih om … mak.. sudah membuka mata dan hatiku. 🙂

Continue reading

Mengejar Mimpi yang Tertunda

I am a dreamer. Yup … aku sadar betul kalau aku ini pemimpi kelas paus. Mungkin juga ada hubungannya dengan namaku ya. Dalam bahasa Arab, Muna itu artinya cita-cita dan harapan, jadi pembicaraan mengenai mimpi dan impian selalu jadi pembahasan favoritku. 🙂

Continue reading

Tueng Dara Baro

Assalamualaikum sahabats 🙂
Pernahkah mendengar istilah Tueng (baca: tung) Dara Baro? Tueng Dara Baro ini adalah sebuah acara atau lebih tepatnya salah satu acara dari sekian banyak prosesi adat yang harus dilakukan mempelai Aceh. Untuk lebih gampangnya, Tueng Dara Baro dalam adat pernikahan Jawa itu seperti ngunduh mantu.

Continue reading

Untukmu Segalanya

Dear Mama …
Seandainya aku bisa membeli dunia dan seluruh isinya untukmu ma. Tanpa cinta dan kasih sayangmu yang tak berbatas tak mungkin aku menjadi diriku yang sekarang ini. mama lah supporter setiaku. Hanya doa mama lah yang bisa membantuku melewati semua episode kehidupanku. Kecantikan, kelembutan, kesabaran, dan keikhlasan mama lah yang selalu menjadi teladanku. Mama adalah sosok perempuan paling sempurna bagiku dan semoga kelak aku bisa menjadi ibu sebaik dirimu. Happy birthday mom, I love more than words can say my dear mother 🙂

Continue reading

Dua Dunia yang Kucintai

Assalamualaikum Sahabats ….
Kalau perang Uhud, perang dunia I dan II, bahkan agresi militer Israel terhadap Palestina sudah berakhir, ada sebuah perang yang rasanya nggak pernah ada ujungnya. Peperangan ini memang nggak mengorbankan nyawa, melainkan perasaan yang sering kali hati hancur berkeping-keping dan jiwa remuk redam #halaahh, saat kedua pihak bersitegang. #Momswar!! Perang sengit antar para ibu yang merasa posisinya paling benar, pilihannya paling tepat. Menjadi Stay at home ataupun Working mom, bukankah itu pilihan kita sendiri? Hidup kita sendiri?

Continue reading

Caraku Mencintaimu (Indonesia)

“Malu aku jadi orang Indonesia. Makin hari bukannya makin maju malah makin kacau. Korupsi makin menggila, yang ada dipikiran para pejabat cuma mengeruk uang rakyat demi kepentingan sendiri. Orang kaya makin jaya, orang miskin makin tersisih. Nggak beda sama pemerintahnya, rakyat Indonesia pun seperti kehilangan jati dirinya. Dimana orang Indonesia yang dulu katanya rama? Sekarang kena senggol dikit aja main bacok, main tawur. Sama sekali nggak ada rasa toleransi. Kalau ada kesempatan aku pengen kerja diluar negeri lagi. Ilmu dan jerih payahku sepertinya lebih dihargai disana.”

Kalimat-kalimat penuh nada kekecewaan melihat keadaan bangsa Indonesia pastinya sudah sering sekali kita dengar. Seperi petikan kalimat diatas yang merupakan petikan percakapanku dengan seorang saudara yang pernah bekerja diluar negeri. Dari nada bicaranya aku bisa simpulkan kalau dia merasa kecewa dengan tanah airnya. Pertanyaan selanjutnya apakah kita puas hanya dengan kecewa, pesimis, tanpa melakukan apapun?

Continue reading

Me and My Sister

Mari kita bicara tentang ikhlas. Sebuah kata yang ringan sekali pengucapannya tapi super duper berat menjalaninya. Menurutku butuh pemahaman dan rasa pasrah yang dalam agar ikhlas ini dapat terpatri di dalam hati, tak sekedar terucap di bibir saja.

Waktu membaca sedikir bocoran cerita dari mak Ade Anita mengenai novel keduanya “Lukisan Hati,” aku langsung teringat sebuah episode yang luar biasa indah dalam hidupku. Ceritanya mungkin hampir sama dengan kisah Solasfiana yang harus segera menikah karena Marsyapati, sang adik, juga ingin segera menikah.

Ini sepenggal kisah tentang aku dan kakakku. Kisah ini sudah diterbitkan dalam buku “Dream and Pray” oleh penerbit Qultummedia (numpang promo) 😛 khusus untuk Mak Ade Anita, izinkan aku menceritakan ulang kisah yang ajaib ini. Semoga semua pembaca postingan ini dapat mengambil hikmah dan pelajaran darinya. 🙂

tulisan perdanaku ada disini ;)

tulisan perdanaku ada disini 😉

Dua saudara dengan kepribadian yang amat sangat berbeda, itulah kami. Meskipun kami berasal dari satu darah dan dibesarkan di atas atap yang sama, kepribadian kami bagaikan minyak dan air. Kadang sulit bagi orang lain mempercayai bahwa kami adalah saudara kandung. Kakakku adalah gadis yang sederhana. Sejak kecil kepribadiannya begitu lembut dan menyenangkan, dia bahkan selalu menjadi juara kelas dan menjadi kebanggaan kedua orang tua kami. Kehidupan kakakku terasa kian lurus terutama setelah Allah memberikan hidayah untuk berhijab saat dia masih duduk dibagku SMA.

Ketenangan dan kelembutannya amat jauh berbeda dengan kepribadianku yang meledak-ledak dan terkadang tak mau diatur. Saat aku masih disibukkan dengan hormon remaja, trend music, dan fashion, kakakku justru sibuk mengikuti kajian keislaman setiap harinya. Perbedaan kami yang begitu tajam sering kali membuatku bertanya-tanya mungkinkah suatu hari nanti aku bisa memiliki kesederhanaan dan keanggunan kakakku. Aku memang jarang menunjukkan kekaguman dan rasa sayangku padanya karena rasa gengsi yang kadang mengalahkan keinginanku belajar darinya namun kakakku tidak pernah berhenti menyayangiku dan selalu berusaha memberi contoh yang baik tanpa berusaha menggurui sedikitpun.

mi familia :)

mi familia 🙂

Aku memutuskan untuk berhijab saat kuliah walaupun belum sempurna seperti kakakku. Alhamdhulilah diusiaku yang kedua puluh tiga, Allah mendatangkan jodoh padaku. Urusan jodoh memang kuasa Allah, kapan dan kepada siapa jodoh diberikan sepenuhnya merupakan rahasia Allah. Kali ini kehendak Allah adalah mendatangkan jodoh kepadaku sebelum pada kakakku. Sebagai seorang adik sedih rasanya harus melangkahi kakakku meskipun tidak ada larangan sama sekali dalam Islam untuk melakukannya.

Khusnudzon itulah kelebihan kakakku yang luar biasa. “Kakak sama sekali tidak merasa marah atau iri padamu, justru kakak sangat bahagia. Kamu juga harus bahagia karena Allah sudah mendekatkan jodohmu. Kakak tidak akan meminta apapun darimu. Jangan khawatir kakak ridho dan ikhlas kok dek. Kakak akan ikut membantu persiapan pernikahanmu sebisa kakak.” Subhanallah begitu lembut hatinya hingga tak sepatah kata pun mampu kuucapkan atas restu sepenuh hati yang diberikan kakakku. Sungguh bersyukurnya aku memiliki kakak sebaik dirinya.

Tidak hanya kata-kata manis, keikhlasan dalam setiap perhatian yang tulus diberikannya. Design kartu undangan hingga jenis bunga yang akan digunakan dalam pelaminan semua dipersiapkan kakak sesuai dengan keinginanku. Aku yang saat itu masih sibuk dengan studi S2 ku tidak sempat mengurusi semua persiapan pernikahan sehingga kakakku yang mengambil alih semuanya. Melalui email dan sms seluruh persiapan pernikahan di update setiap saat oleh kakak.

Semakin besar pengorbanan yang dilakukannya semakin berat kesedihan yang kurasakan. Malam demi malam kuhabiskan menangis di atas sajadah memohon pada Nya agar memberikan keajaiban. Aku ingin kebahagian ini dirasakan lebih dulu oleh kakakku tercinta.

Menurut perhitungan manusia permintaanku adalah hal yang mustahil mengingat waktu yang sudah mendekati hari pernikahanku sedangkan kakakku bahkan belum memiliki calon. Semua orang berkata tidak mungkin kakakku bisa mendahului menikah, karena dia bahkan belum memiliki calon pendamping. Tidak ada kata pacaran dalam kamus kehidupan kakakku, bila ada pri baik-baik datang kepadanya untuk menikah dan dia yakin pria itu akan menjadi imam yang baik maka menikah adalah jalan terbaik.
Semustahil apapun keadaan yang kuhadapi saat ini aku tetap yakin Allah Maha Mengetahui dan Maha Mendengarkan doa setiap hamba Nya. Setiap tetes airmata dan doa tulus kepersembahkan pada Allah memohon agar Allah mendekatkan jodoh kakakku bahkan menikah sebelum hari pernikahanku. Dua bulan sebelum hari pernikahan belum juga ada perubahan.

Puasa sunah, shalat dhuha, shalat tahajut, tak pernah lepas dari kegiatan sehari-hariku selain kuliah. Aku tidak pernah putus asa pada Allah, karena aku percaya pada janji Allah. “Mintalah kepada Ku PASTI akan Kuberi.” Kepastian dari Allah lah yang meyakinkanku untuk tidak pernah berhenti berharap. Salah satu doa yang sering kupanjatkan adalah ini:

“Waman Yattaqilaha Yaj’allahu Makhrajan Wa Yarzuqhu Min Haitsu La Yahtasib. Waman Yatawakkal’Allahi Fahwa Hasbuh, Innallaha Balighu Amrihi Qad Ja’alahullahu Likuli Syain Qadra.”

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah (dengan mengerjakan perintah Nya dan meninggalkan larangan Nya) niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkan). Serta memberinya rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka dan (Ingatlah) barang siapa yang berserah diri pada Allah, maka cukuplah baginya (sebagai penolong dan penyelamat). Sesungguhnya Allah melakukan segala perkara yang dikehendaki Nya. Allah telah menentukan kadar dan masa bagi berlakunya segala sesuatu.” (QS. At Thalaq 2-3)

Dengan segenap kepasrahan doa tersebut terucap hari demi hari dalam setiap kesempatan yang kumiliki. Penantianpun berbuah manis. Sebulan sebelum hari pernikahanku seorang pria datang bertaaruf pada kakakku. Kakakku yang saat itu telah bekerja di Jakarta memintanya berkunjung kerumah orang tua kami di Semarang. Mendengar kabar gembira itu, aku memutuskan segera pulang untuk bertemu dengan pria yang selama ini kutunggu-tunggu kehadirannya.

Dengan kuasa Allah perkenalan berjalan lancar, minggu berikutnya lamaran dilangsungkan, dan minggu berikutnya pun pernikahan kakakku dilangsungkan. Syukurlah kedua orang tuaku tidak percaya takhayul yang mengatakan bahwa tidak baik menikahkan dua anak dalam satu tahun yang sama. Mereka yakin Allah akan memudahkan semua niatan baik kami. Tiada yang mustahil dihadapan Allah, hal yang menurut kaca mata manusia sangat tidak mungkin terjadi. Dengan kuasa Allah semuanya berlangsung begitu cepat, dua minggu sebelum pernikahanku Allah memberikan jodoh pada kakakku.

Sungguh mukjizat Allah yang memungkinkan semua ini terjadi. Hanya dalam waktu dua minggu persiapan pernikahan kakakku dilakukan. 7 Januari 2007, hari yang tidak akan pernah kami lupakan. Ijab Qabul dan walimah yang sederhana dan lancar berlangsung di rumah kami dan kakakku pun akhirnya resmi menjadi seorang istri. Airmata tak berhenti menetes dipipiku hari itu bukan hanya karena kebahagian melihat pernikahan mereka, namun juga karena perasaan lega yang teramat sangat karena Allah telah menjawab semua doaku.

pengantennya malu2 apa lagi flu yahh :P

pengantennya malu2 apa lagi flu yahh 😛

Janji Allah selalu benar dan tidak pernah meleset sedikitpun. Maka jangan ragu ataupun bimbang barang sedikitpun karena Allah akan mengabulkan setiap doa hamba Nya. Tak perlu merasa risau, galau, bahkan gundah gulanan karena Allah lebih dekat dari urat nadi lehermu. Panjatkan doamu dengan seluruh keyakinan dan ketulusan, jangan pernah meragukan kahadiran Allah dalam setiap bulir air mata yang menetes dipipimu. Tidak ada satu senjatapun yang lebih kuat daripada doa yang terucap dengan sepenuh keikhlasan. 🙂

 

 

banner GA tentang ikhlasTulisan ini diikut sertakan dalam GIVE AWAY TENTANG IKHLAS

 

 

Emak Pendongeng Itu Keren!!

“Jeng Nadia suka baca buku ya?” tanya seorang tetangga yang hari itu main ke rumah sambil menemani anak bermain dengan Nadia.
Rupanya sang ibu sejak tadi melihat koleksi buku Nadia yang lumayan banyak. “Iya, dari kecil aku suka bacain dongeng ke Nadia, jadi bukunya udah lumayan banyak,” jawabku menjelaskan.
Singkat cerita ternyata si anak tetangga tak pernah dibacakan cerita oleh sang ibu. Alasannya si nggak pintar mendongeng dan malas juga. Kasihan betul anaknya, aku membatin. Menurutku memperdengarkan dongeng pada anak-anak itu sangat bermanfaat. Itu sudah terbukti padaku, dan insyaallah akan kuteruskan kebiasaan ini pada anak-anakku.

Berawal dari Masa Kecilku

bapak dongeng dunia

bapak dongeng dunia

Saat aku masih kecil dulu, ketika papa masih menjadi dokter umum dan belum banyak kesibukan, beliau sering membacakan kami cerita dongeng. Sebelum tidur siang atau malam papa akan duduk bersama kami dan menceritakan kisah-kisah seru di negeri dongeng. Cerita kesukaanku adalah petualangan si kancil dan Snow White. Saat mendengarkan cerita papa, imajinasiku menjelajah mengunjungi negeri dongeng yang indah dan penuh dengan tokoh ajaib. Negeri dongeng itu memang sangat mempesona, seperti kata Barney, anything can happened in the land of make believe. 😉 Saking semangatnya mendongeng, Papa bahkan tak canggung menirukan suara kancil, pak buaya, dan beberapa tokoh imajinatif dalam dongeng. Suara dan ekspresi papa membuat imajinasi kami semakin hidup dan membuat kami tertawa terbahak-bahak. Ahh jadi teringat masa kecil yang indah hehehe. 🙂
Lucunya hal serupa seperti terulang lagi beberapa tahun ini. Ketika cucu-cucu papa berkumpul di rumah saat liburan, papa pun membacakan dongeng untuk mereka. Semua cucunya akan duduk dengan wajah penasaran sekaligus antusias mendengarkan cerita dari Jid nya (sebutan untuk kakek dalam bahasa Arab). Acara mendongeng ini membuat Jid menjadi idola dimata cucu-cucunya, terutama Nadia. 😉
Beranjak SD, saat aku sudah mulai lancar membaca papa menghadiahi aku dan kakakku buku kumpulan dongen karya Hans Christian Andersen, yang juga dikenal sebagai bapak dongeng dunia. Itu adalah buku favoritku sepanjang masa. Ada banyak cerita seru dalam buku itu seperti Cinderella, Kucing Bersepatu Boot, Putri Angsa, dan lain-lain. aku ingat saat papa membacakan sebuah cerita berjudul “Gadis Penjual Korek Api,” aku menangis tersedu membayangkan penderitaannya. Aku sangat mencintai buku itu, sayangnya saat kami pindah ke Kalimantan buku itu hilang entah kemana. 😦

Manfaat Mendongeng
Satu hal yang aku sadari hingga hari ini kebiasaan mendongeng ternyata membawa banyak manfaat bagi perkembanganku. Berkat dongeng aku sudah mencintai buku sejak kecil, imajinasiku pun terasah, bahkan sejak kecil aku tertarik untuk menuliskan imajinasiku, meskipun hanya beberapa yang berhasil masuk dalam Majalah Dinding dan Majalah sekolah (karena nggak pede sih sebenernya heheh).

Menyadari banyaknya manfaat mendongeng, semenjak hamil aku sudah bertekad akan menjadikan buku sebagai teman pertama Nadia dan membacakannya dongeng setiap hari. Sebelum tidur siang dan malam, Nadia akan memilih sebuah buku untuk kubaca. Salah satu cerita kesukaan Nadia adalah “Tiga Babi Kecil.” Nadia selalu tertawa saat aku menirukan suara srigala yang meniup rumah ketiga babi kecil. Meskipun belum bisa dibilang pendongeng professional, aku selalu all out saat mendongeng (*halaahh). Aku tak malu berimprovisasi di depan Nadia, menirukan suara binatang, memasang wajah jelek dan lucu sambil tertawa ala nenek sihir. 😛 Tapi tentu saja pesan moral yang terkandung dalam cerita tak lupa kusisipkan, toh itulah inti dari cerita dongeng kan. 😉 Saat mendongeng menjadi quality time bagi kami. Saking pentingnya kegiatan ini, Nadia nggak akan bisa tidur sebelum dibacain dongeng, hadeeeuuhhh.
Saat aku ingin mengajarkan pentingnya berbagi atau bagaimana bersikap terhadap mahluk lain, aku memilih media dongeng sebagai perantaraku. Pesan yang ingin disampaikan dapat lebih mudah diterima anak-anak. Toh dunia anak adalah dunia bermain dan cara terbaik untuk belajar adalah dengan bermain juga. 😉 Selain dapat menyisipkan ilmu baru dan pesan moral, secara tak langsung dongeng dapat menambah kekayaan bahasa pada anak-anak. Apabila Nadia menemukan kata yang tak dipahaminya, Dia akan bertanya artinya dan satu kosakata baru masuk dalam otak cerdasnya. 🙂 Dalam bukunya “Keajaiban Mendongeng,” Heru Kurniawan mengatakan anak yang intens membaca atau dibacakan dongeng memiliki kemampuan moral dan social yang lebih baik dibanding anak yang belajar moral dan social dari game (2013: 80).

nadia and book
Melihat antusiasme Nadia pada dongeng aku jadi makin semangat belajar mendongeng. Untuk memperkaya bahan cerita aku pun mendownload aplikasi mendongeng di smartphone ku, membaca kumpulan dongeng yang ada di blogdongenganak, bahkan menciptakan ceritaku sendiri. Salah satunya pernah jadi juara tiga dalam lomba dongeng di blogdongeng loh. (pamer.com) 😛 Aku juga mulai belajar menulis cerita anak yang baik dan menarik seperti buku cerita karya mak Hastira yang keren ini. Nadia pasti akan senang sekali kalau kubacakan buku ini (*modus). 😛
Alhamdhulilah sekarang kemampuan membaca Nadia sudah maju pesat. Selain dari pelajaran yang di dapat di sekolah, kebiasaan kami membaca dongeng juga menambah semangatnya membaca. Bahkan kadang kini kami bertukar peran, Nadia yang membacakan dongeng dan aku yang mendengarkan hehehe. Siapa tahu kelak Nadia akan menjadi pendongeng professional yang diundang keberbagai acara hingga ke manca negara. Semoga kelak Nadia tumbuh menjadi anak yang sholihah dan cerdas, amiiin. 🙂

“Dongeng hakikatnya adalah media untuk semakin mendekatkan anak dengan orangtua. Dongeng adalah ruang bagi anak dan orang tua bermain dalam dunia kata dan imajinasi. Maka orangtua idealnya mahir mendongeng.” (Kurniawan, 2013: 107)

banner GA dongengTulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Semua Tentang Dongeng